Kekurang-seriusan menjadi peternak kelinci ini biasanya
karena salah dalam melihat kelinci sebagai hewan yang pemeliharaannya harus
dibedakan dengan ternak ayam, kambing dan sapi. Di sini soal mentalitas dan
etos kerja mesti diperhatikan sungguh-sungguh. Karena itu akan lebih penting
dan mendasar manakala kita memberikan bukti kepada masyarakat dengan memperkuat
satu dua peternak di daerah untuk kemudian menjadi leader bagi warga sekitar,
melebar hingga dua kecamatan. Kalau kelak kemajuan sudah mencapai tahap yang
lebih luas, di situ kita akan bicara tentang pentingnya koperasi sebagai pilar
dasar kebersamaan dalam menghadapi problematika pasar.
Kebutuhan mendasar saat ini
1) Bibit unggul. Untuk kelinci pedaging jenis new Zealand dan
Flemish giant dan jenis kelinci lain sangat mendesak. Lebih utama kalau kita
mendapatkan bibit unggul langsung dari peternakan kelinci di Amerika, atau
Inggris.
Hal ini diperlukan supaya ada peremajaan induk dan dari sisi
jenis tetap terjaga sehingga para peternak bisa memilih keturunannya secara
lebih mudah. Jika ada sebuah peternakan untuk Induk barangkali akan menjadi
sentra indukan yang paling terkemuka saat ini dan itu sangat bermanfaat bagi
keberlangsungan peternak lain. Keuntungan dalam hal ini sangat tinggi dan
sangat potensial. Berhubung mengelola bibit sangat butuh ilmu dan pengalaman
yang baik maka disarankan agar dikelola oleh peternak yang sudah handal. Soal
keuntungan bisa dibaca di buku Ternak Uang.
Masih terkait dengan potensi induk, seyogianya rintisan awal
peternak memperhatikan induk yang baik (sekalipun tidak impor). Hasil studi
penulis di beberapa daerah di Jawa Barat, keturunan yang kurang baik sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas, jenis dan kualitas daging. Karena itulah
konsep leader yang saya bicarakan di atas tersebut sangat berkaitan dengan
kepemimpinan dalam induk berkualitas; sebab hal ini akan terkait dengan
kemajuan peternakan di sekitar kita.
2) Investasi. Indonesia masih terbilang miskin stok kelinci.
Satu sebab karena pemerintah belum memberikan insentif yang serius. Pemerintah
setiap tahun mengimpor bibit sapi dan domba, tetapi tak pernah terdengar kabar
mengimpor bibit kelinci. Kita hanya mendengar pada tahun 1980 Presiden Soeharto
mencarikan bantuan bibit kelinci unggul kepada para peternak kelinci di kawasan
Setiabudi melalui usaha loby Ma’mur Suriaatmadja. Tetapi kalau berharap pada
pemerintah terlalu lama, sebaiknya memang peranan investasi swasta dengan modal
besar sangat dibutuhkan. Induk berkualitas sangat baik untuk melebarkan sayap
peternakan kelinci di berbagai daerah. Investasi bibit unggul ini selain paling
menguntungkan untuk saat ini (lihat potensi peluang usaha bibit unggul di Buku
Ternak Uang), juga sangat bermanfaat bagi peternak lain supaya mereka
mendapatkan bibit unggul yang baik. Karena itu saya menyarankan secara terbuka
pihak swasta bermodal besar untuk investasi secepatnya kepada peternak handal.
copy dari https://kelinci.wordpress.com/2009/11/02/paradigma-dasar-ternak-kelinci/
Komentar
Posting Komentar